Search

13 Maret 2008

BLOG UNTUK AKTIVITAS PR

Tak bisa dipungkiri lagi, sekarang perkembangan teknologi informasi membawa kita kedalam sebuah era dimana komunikasi bisa dilakukan secara interaktif dengan kemampuan akses langsung dan cepat. Dulu kita mengenal media massa hanya sebatas koran,tabloid,majalah dan media cetak lainnya. Lantas perkembangan itu beranjak kepada sebuah teknologi audio visual seperti televisi, radio yang tentunya juga membawa perkembangan dahsyat bagaimana cara kita melakukan komunikasi dengan seseorang. Pada era media cetak konsep komunikasi yang ditawarkan adalah komunikasi dengan satu arah. Dimana komunuikasi tersebut hanyalah bersifat pemberitahuan dari seorang komunikator kepada komunikan dengan sedikit mengabaikan efek. Maksudnya efek seorang audience (dalam hal ini mungkin pembaca) dapat tersempai keesokan harinya setelah media itu terbit.
Selang beberapa tahun kemudian era komunikasi juga berkembang menjadi konsep interaktif yaitu dengan adanya media radio dan televisi. Tentunya setiap perkembangan teknologi juga membawa implikasi yang ditimbulkan oleh perkembangan tersebut. Pada perkembangan tersebut, setiap individu bisa melaukan komunikasi secara langsung dengan komunikator. Banyak kita temui contohnya misalnya di sebauh stasiun televisi yang menayangkan sebuah layanan kuis interaktif diamana para komunikator yang tersebar di beberapa daerah dapat secara live mnejawab pertanyaan yang diajukan oleh pemabawa acara kuis tadi. Itulah sekelumit contoh layanan interaktif yang coba ditawarkan oleh media audio visual.
Perkembangan tekonologi memang tidak mengenal batas dan waktu. Setiap dimensi-dimensi yang belum tersingkap kini seolah-olah menunggu untuk dijelajahi dari masa ke masa. Jika dahulu kita hanya mengenal tv,radio sebagai puncak dari segala media, karena bisa berintaraksi secara langsung maka mungkin itu adalah pendapat yang keliru. Di era sekarang ini yang didukung oleh era kebebasan berpendapat setelah rezim Soeharto, media (apapun bentuk dan sifatnya) menjadi sebuah sarana yang ampuh untuk menuangkan aspirasi-aspirasi mereka yang terbungkam sejak orde baru. Kita sebagai masyarakat awam pun bisa menemui relaitas itu secara mudah. Tayangan republik mimpi misalnya, di era orde baru jangan harap kita menemukan acara sejenis di media manapun. Acara yang dipandu oleh begawan pakar komunikasi UI, Effendi Ghazali menjelma menjadi sebuah sarana yang ampuh untuk menuangkan kritik .
Perkembangan selanjutnya adalah ketika media audio visual masih dirasa kurang untuk menuangkan aspirasi masyarakat luas. Maka kemudian mereka melirik internet sebagai lahan utama untuk menuangkan kebebasan yang ingin mereka utarakan. Maka dari itulah para komunitas cyber internet mencoba membuat media baru yang benar-benar sesuai dengan keinginan mereka. Sehingga munculah Blog.
Senada dengan hal itu, Menteri Negara Komunikasi dan Informatika RI, Muhammad Nuh pada Pesta Blogger yang diadakan di Blitz Megaplex, Grand Indonesia, pada tanggal 27 Oktober yang lalu, mengungkapkan, sebagai generasi muda Indonesia, sudah selayaknya kita menyambut baik adanya satu bentuk berpendapat yang baru di negeri ini, terlebih pemerintah secara langsung telah menjamin kebebasan berpendapat melalui cara ini. Cara tersebut tak lain adalah melalui blog yang dewasa ini berkembang sangat pesat di dunia, termasuk di Indonesia. Bila media cetak yang salah memberikan pendapat di negeri ini sering dibredel, atau demonstran yang di luar batas akan diseret dan diamankan aparat, maka pemerintah sendiri telah membuat pembedaan bagi para blogger. “Tak ada pembredelan blogger. Bukan zamannya lagi ada pembatasan menulis dan berekspresi”. Ujarnya pada saat itu.
Tak cukup puas dengan perkembangan blog, maka banyak para komuniats blog ingin menggunakan sarana blog ini sebagai media publikasi,promosi dan aktualisasi diri. Maka tak heran jika banyak organisasi yang lain menggunakan media blog ini sebagai wadah komunikasi dengan para anggotanya. Sehingga dengan komunikasi inilah blog sering dikatakan media kehumasan.
Salah satu organisasi yang menggunakan blog sebagai media kehumasan adalah Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Jawa Tengah (PW PII Jateng). Mereka menganggap media ini sebagai cara yang mudah,praktis serta efisien untuk berinteraksi antara jajaran pengurus dengan anggotanya yang tersebar di wilayah jawa tengah.
Menurut PW PII Jateng, pekembangan blog pada saat ini juga relatif mudah dapat diakses oleh siapapun sehingga kedepannya blog menjadi sangat potensial sebagai media alternatif kehumasan disamping majalah Media Pelajar (MP) sebagai satu-satunya media yang dimiliki oleh PW PII Jateng.
Disamping itu, PW PII Jateng termasuk organisasi yang independen dan tidak berafiliasi dengan ormas apapun, telah banyak melakukan kegiatan yang sesuai dengan visi mereka yaitu kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan sesuai dengan Islam bagi segenap bangsa Indonesia dan ummat manusia. Sehingga PW PII Jateng ketika mengadakan kegiatan sudah barang tentu menjadikan visi tersebut sebagai pedoman utama ketika akan melaksanakan kegiatan. Sebagai contoh pada saat terjadinya gempa bumi yang melanda Yogayakarta dan sekitarnya, PW PII jateng melalui Koalisi Peduli Pelajar Pelajar Islam Indonesia (KPP PII) telah memberikan sumbangsih yang nyata untuk recovery pendidikan pelajar di berbagai wilayah tersebut. Sumbangsih nyata tersebut diwujudkan dalam bentuk pemberian bea siwa kepada pelajar kurang mampu, perbaikan sarana pendidikan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Selama kurang lebih tiga bulan, KPP PII juga banyak memberikan dorongan psikologis bagi para pelajar yang masih trauma dengan kejadian gempa.
Di bidang kegiatan internal, PW PII Jateng, juga tak melupakan pembangunan mental pelajar yang sesuai dengan keislaman. Sebagai contoh, ajang Basic Training (BATRA) yang merupakan gerbang bagi anggota baru untuk masuk di kepengurusan PII, telah banyak memberikan nutrisi ruhiyah,mental yang sesuai dengan keislaman. Sehingga ketika usai mengikuti kegiatan tersebut, para kader PII diharapkan bisa menjadi agent of change (agen perubahan) di masyarakat masing-masing tentunya perubahan yang positif (naskah pidato pertanggung jawaban ketua umum PW PII Jateng periode 2004-2006).
Oleh karena itulah PW PII Jateng merasa butuh wadah yang sesuai untuk publikasi di masyarakat jawa tengah. Publikasi ini sebagai ajang aktualisasi agar image atau persepsi masyarakat jawa tengah tentang PII dapat positif. Bukan sebagai ajang untuk membangga-banggakan diri di tengah-tengah masyarakat.
Syahrial Faza, alumnus FISIP UNDIP

0 komentar: