Buku Udo, Quranic Quotient: Menggali & Melejitkan Potensi Diri Melalui Al-Quran, itu kan tentang kecerdasan berdasarkan al Quran ya? Bisa diceritain gak ide awal kecerdasan al Quran itu muncul?
Betul, buku saya itu mencoba melengkapi wacana kecerdasan yang ada, baik itu IQ, EQ maupun SQ. Menurut saya, untuk sukses di dunia, dengan tiga kecerdasan itu sudah cukup. Namun untuk sukses hingga akhirat, itu belum cukup. Ada satu lagi kecerdasan yang perlu kita miliki untuk membingkai IQ, EQ, dan SQ, yaitu QQ (Quranic Quotient).
Ada tiga hal yang melatar belakangi, sehingga muncul ide untuk menulis buku QQ: (1) karena saya menemukan kekurangan dalam konsep kecerdasan yang muncul dari Barat, terutama tidak mengaitkan kecerdasan itu dengan Pencipta dan Pemilik kecerdasan, yaitu Allah Swt; (2) karena saya menangkap semacam keterpesonaan sebagian umat Islam terhadap konsep Barat, padahal itu adalah hikmah yang hilang dari kaum muslimin; (3) karena saya ingin mengajak umat Islam untuk kembali kepada Al-Qur`an, terutama para ilmuwan Islam untuk merumuskan konsep pengembangan diri (self development) berdasarkan Al-Qur`an.
2. Dalam Quranic Quotient, secara gak langsung Udo mau bilang kalo orang yang belajar al Quran berpotensi menjadi cerdas. Itu maksudnya gimana ya?
Maksudnya gini, sudah saatnya umat Islam untuk merumuskan konsep kecerdasan itu berdasarkan Al-Quran. Sehingga baik dari pemahamannya, tujuannya, maupun kiat-kiatnya sesuai dengan tuntunan Al-Quran. Sebagai contoh, dalam buku QQ, saya tulis ada 7 prinsip menggali dan melejitkan potensi diri lewat Al-Quran. Lebih jelasnya, silahkan baca buku saya itu ya!
3. Waktu buku itu dibuat, pesan khusus apa sih yang sebenarnya mau Udo sampaikan kepada para pembaca?
Sebenarnya pesan khususnya sangat saderhana, yaitu saya ingin umat Islam mencintai Al-Quran. Sebagai bukti cinta itu, maka kita harus mengimani, mempelajari, mengamalkan, mendakwahkan, dan membelanya.
4. Menurut Udo, apa sih urgensi dari membaca al Quran buat anak-anak muda kayak kita-kita ini?
Wah, membaca Al-Quran bagi anak muda saat ini sangat penting. Sebab, zaman ini godaannya banyak; datang dari segala penjuru. Dan senjata sekaligus obat dari godaan itu adalah Al-Quran. Maka agar kita tidak terjerumus di jalan sesat, kita harus banyak baca —mempelajari, memahami— Al-Quran.
5. Udo kabarnya ketua ESKA (Sekolah Kehidupan) Perwakilan Mesir ya?
Betul. Ini berawal dari keaktifan saya di milis sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com. Lalu ada teman yang tertarik. Akhirnya, kami sepakat mendirikan perwakilan Sekolah Kehidupan (Eska) di Mesir. Dan alhamdulillah, mereka mempercayai saya sebagai ketuanya.
6. Animo menulis pelajar (mahasiswa) Indonesia yang ada di Mesir gimana? Bisa diceritain gak?
Berdasarkan pengalaman saya mengisi pelatihan menulis di kalangan mahasiswa Indonesia Mesir (Masisir), saya lihat animo menulis mereka sangat tinggi. Apalagi, setelah Kang Abik (Habiburrahman El-Shirazy) berhasil menjadi penulis best seller lewat novel Ayat-Ayat Cinta dan yang lainnya. Sehingga banyak Masisir terinspirasi ingin menjadi penulis.
7. Oya, kabarnya kemarin dapat beasiswa dari Sekolah Menulis Online ya?
Hehehe, kok tahu? Lihat di multiply saya ya? Iya, alhamdulillah, dari 44 orang yang mengajukan beasiswa ke http://smo.belajarm enulis.com/ yang didirikan oleh Bang Jonru, ternyata salah salah seorang dari lima orang yang mendapat beasiswa tersebut adalah saya. Minta do’anya, semoga dengan belajar di SMO ini, tulisan saya semakin berkualitas dan lebih produktif lagi. Amin.
8. Karir Udo di dunia tulis menulis sejak kapan? Kenapa Udo memutuskan untuk terjun ke dunia tulis menulis?
Saya mulai serius menulis ketika di Mesir. Ada tiga alasan saya terjun ke dunia tulis menulis: (1) karena saya ingin shodaqoh jariyah dan saat ini orang yang wajib saya shodaqohi adalah isteri dan dua anak saya; (2) karena saya ingin al-‘ilmu yuntafa’u bihi (memanfa’atkan dan memfungsikan ilmu); saya ingin menyampaikan ilmu yang saya peroleh di Mesir kepada masyarakat di Indonesia; dan, (3) karena saya ingin memiliki waladin shalihin yad’u lahu (anak yang sholeh yang mendo’akan kedua ortunya). Saya dan isteri, punya visi, misi, dan strategi untuk mendidik anak kami. Namun, semua tidak ada artinya, jika saya meninggal. Makanya, saya menulis sebagai sarana untuk mengajar anak-anak saya —sekaligus anak orang lain— meskipun saya sudah tidak ada di dunia lagi. Intinya, saya menulis sebagai bekal mati sekaligus meninggalkan warisan bagi generasi selanjutnya.
9. Ketika menulis, sering dibarengi dengan misi khusus?
Oh jelas, misi saya adalah untuk meraihkan mardlatillah dengan menegakkan kalimat Allah di muka bumi lewat tulisan.
10. Last, pesan buat sobat Elka?
Pertama saya minta do’a, semoga saya menjadi penulis yang bisa mencerahkan para pembaca; dan kedua, saya berpesan, banyaklah membaca —terutama baca Al-Quran— dan menulis. Apalagi zaman sekarang, sudah sangat mudah untuk melakukan kedua hal ini, asal ada kemauan dan tekad. Kepada sobat Elka yang mau diskusi tentang dunia tulis menulis atau tentang buku QQ, silahkan kirim e-mail ke udoyamin_majdi@yahoo.com atau kunjungi http://udoyamin.multiply.com/
sumber: http://udoyamin.multiply.com/journal/item/92/IQ_EQ_dan_SQ_Tidak_Cukup
(Udo Yamin adalah mantan ketua Umum PW PII Mesir)
selengkapnya...